Skip to main content

INGIN SEPERTI DIA




sumber gambar: kompasiana.com

Eh, disini aja gimana?” “Boleh. tempatnya  juga enak,” kata Hani yang menjawab usulan dari Avil. “Kalian baru datang, ya? Langsung registrasi aja di sekretariatan,” kata salah seorang panitia sambil menunjuk ke sebuah bangunan sederhana yang berjarak 50 meter di depan mereka.

Adzan berkumandang, Hani, yang merupakan ketua sangga akhirnya membagi tugas untuk teman-temannya. “Sekarang sholat dulu aja, yang nggak sholat mbangun tenda, ya.” Seperti biasa, Avil pergi bersama dengan Lita. “Sholatnya dimana, Han?” tanya Lita kepada Hani. “Itu, loh, deket sekretariatan,” Hani mengacungkan jarinya ke arah selatan “Oalah, oke, makasih.”

Hani merendahkan tubuhnya menempelkan lututnya ke tanah melihat teman-teman yang sedang memasak untuk lomba “Sini, aku bantu.” “Hah, emang kamu bisa?” “Loh, loh, loh! Jangan salah, gini-gini aku pernah jadi juara masak.” “Hah? Masa? Kok, bisa?” teman-temannya terkejut tak percaya. “Lomba dimana kamu?” Ajeng mulai curiga. “Di rumahku, ibuku yang menjadi juri.” Hani menjawab dengan memasang muka yang teramat polos bagaikan tembok tanpa semen. Suasanapun pecah dan menghangat. Sembari memasak, teman-teman lain mengikuti berbagai lomba sesuai pembagian tugas yang telah disetujui.

× × × × ×

Avil duduk didekat bara api yang berkobar dan serpihannya berterbangan seperti akan menyentuh langit. Malam itu, “Langitnya bersih banget, ya?” Avil berkata kepada Lita. “Kalo malem-malem, bintangnya nggak kelihatan, itu berarti disini terlalu terang.” Avil menjelaskan. “Gelap gini juga, mana coba bagian yang kelebihan cahaya?” Lita menolak pendapat sok tahunya. “Ya, itu, kamu liat aja ada lampu dimana-mana. Bintangnya kalah terang.” “Oh, iya juga, sih,” kata Lita mengalah. Mereka, Avil, Lita, dan teman-teman satu sangganya duduk bersama di lapangan sambil menikmati hangatnya api unggun yang baru saja dinyalakan. Avil salah fokus melihat beberapa teman satu sangganya yang sedang saling mencurahkan isi hatinya (baca: curhat). Ia berkata kepada Lita, teman dekatnya, “Kenapa, ya, kok aku jarang banget, bahkan, nggak pernah yang namanya curhat. Kapan aku bisa kaya mereka.” “Loh, emang apa istimewanya mereka?” Lita mengangkat dahinya dan mengalihkan pandangannya kepada Avil. Sambil memandang langit yang senyap, Avil membalasnya, “Ya, mereka bisa mikirin tentang cowok, gebetannya lah, orang yang naksir sama mereka lah, orang yang selalu nge-chat mereka lah, lah, lah.” Lita menegakkan punggungnya dan membenahkan posisi tubuhnya, nampaknya ia akan menanggapinya dengan serius. Ia tidak pernah terima bila orang, terutama cewek, hanya mementingkan kekasihnya. Padahal, mereka bukan siapa-siapanya. “Buat apa cowok? Cowok mereka bisa nafkahin mereka? Bisa ngasih makan pake uang mereka? Bisa banggain orang tua mereka?” “Ya, kan, keren aja gitu. Kita bisa tiap hari chatting –an, ketemuan, ngobrol bareng, jalan bareng. Ah, soooo-sweeeett,” Avil masih menatap dalam api unggun yang mulai hangus. “Hah? Keren katamu? Kamu kayanya harus tidur sekarang, deh, Vil. Sejak kapan pikiranmu jadi kaya gitu?” “Ya, sejak ngelihat temen-temen yang terlihat keren aja bisa ngebahas tentang cowok yang suka sama mereka. Nggak kaya aku, ada yang ngelirik aja enggak. Sedih.” “Astaghfirullahal’adziim, Vil! Sadar, Vil! Sadar! Perjalananmu di dunia itu masih panjang. Banget. Sekolahmu masih nunggu medali-medali cantik selanjutnya dari kamu. Kamu nggak inget betapa bahagianya kamu, betapa kamu ngerasa keren ada di depan banyak orang, bahkan nggak cuma temen satu sekolah kamu doang, dan foto sama bapak presiden waktu itu? Nggak usah terlalu jauh, deh, sekarang, sangga kita aja masih menggantungkan nasibnya ke kamu, Vil.” “Hmm, ada benernya juga, sih, kamu.”

× × × × ×

Malam semakin larut. Angin yang memasuki pori-pori seragam Avil semakin terasa. Ia dan Lita pun memutuskan untuk pergi ke tenda untuk tidur. “Ayo, tidur, udah tambah dingin, nih, udah malem juga.” Avil berdiri sambil memegang tangan Lita yang sedang menarik tangannya untuk membantunya menegakkan diri. “Ah, nanti, deh, masih seru ini, tanggung dikit lagi,” sahut Ajeng. “Iya, kalian duluan aja, kami nanti nyusul,” Fuli menambahkan. Mereka yang sedang asik membahas hal yang masih sama, memang susah untuk dihentikan.  Avil dan Lita pun melangkahkan kakinya menjauh dari kerumunan dan meninggalkan api unggun yang menyisakan abunya.

× × × × ×

"Temen-temen! Ayo, bangun! Upacaranya udah mau mulai, tuh!" Hani beteriak sambil memegang handuk yang masih basah. Terlihat paling segar wajahnya dan sudah siap dengan pakaian pramuka lengkapnya. "Ayo, ayo! lima menit lagi kita harus udah ke lapangan!" Lita tiba-tiba muncul dari sisi lain tenda sangga mereka. "Hoaam, masih ngantuk, nih!" "Iya, aku ngantuk banget, kami nggak usah ikut upacara, ya?" Fuli yang masih mengeratkan kepalanya dengan bantal bak mengigau berbicara dengan Hani dan Lita. "Bukan begitu, masalahnya upacara kali ini harus lengkap satu sangga, tidak boleh diwakilkan," dengan tenang dan berusaha mengontrol nada bicaranya, berharap agar dapat dimengerti oleh teman-temannya, Hani duduk dengan tumpuan lututnya. "Emangnya kenapa?" Fuli masih belum mau mengalah. "Bapak kepala sekolah akan datang dan kita semua akan diberi penilaian." Semua anak yang sejak tadi masih memejamkan matanya sekarang langsung bangkit seraya mengambil peralatan mandinya. Suasana menjadi tidak beraturan di dalam tenda sangga mereka. Tanpa memikirkan kondisi di sekitarnya, mereka berlarian menuju tempat yang sama, kamar mandi. Sayang seribu sayang. Semua kamar mandi penuh sesak oleh para siswa yang mandi dan mengantri untuk menunggu giliran berikutnya. Alhasil, Fuli dan kawan-kawannya hanya mencuci muka di kran.

Peluit ditiup, memanggil seluruh peserta kemah untuk berkumpul ke lapangan upacara.

× × × × ×

"Bubar, jalan!"

"Alhhamdulillah, selesai juga, bisa tidur, deh!" Fuli berjalan santai sambil menengadahkan kepalanya keatas, membentangkan kedua tangannya, bersyukur kepada Sang Maha Kuasa. "Eh, eh, eh, siapa bilang? Kalian punya waktu 30 menit buat ganti baju lapangan, dan selanjutnya kita akan bersenang-senang bersama!" Hani berlari merangkul Fuli yang sedang berjalan dengan teman-tenannya dari arah belakang. Fuli dan teman-temannya berdiri pasrah. Semua tubuhnya melemas. Degup jantungnya berhenti sejenak. Matanya tak sanggup lagi memfokuskan benda yang dilihatnya.

Lita yang sudah siap dengan baju lapangannya menyambut kehadiran Fuli dan kawan-kawannya dari dalam tenda. "Ful, kamu udah belajar buat LCTP  nanti, kan?" "Hah, LTCP?" Fuli menatap Lita terkejut atas apa yang ia dengar. Ia sama sekali tidak mengetahui tentang pramuka. Apa itu? LCTP? Bahasa daerah mana? Ia sama sekali tak mengetahuinya. "Yah, Lit, Fuli mana tau tentang kaya gituan," Fina tertawa kecil memojokkan Fuli. "Hey, Fin, kamu juga udah siap, kan? Nanti kalian berdua, bersama dengan Avil akan mengitkuti LCTP tahap satu." "HAH!?"

× × × × ×

"Eh, Fin." "Ya?" Fuli merebahkan badannya ke pohon, memulai percakapan. "Kok, aku kepikiran dia terus, ya," "Yah, kamu tu, udah, deh, yang lalu biarlah berlalu. Lagian, masih banyak, kok, cowok lain yang lebih baik dari dia." "Ya, tapi, kan...,"
Percakapan mereka terdengar hingga ke dalam tenda membuat Avil yang semula sedang serius belajar merasa terganggu. Ia dan Lita memutuskan untuk meninggalkan tenda. Mereka berkeliling melihat-lihat tenda lain sembari berkenalan dengan sangga lainnya.

× × × × ×

"Hmm, aku heran sama mereka. Pikirannya cowoookk mulu. Padahal, nanti, kan, mereka mau lomba.Ya, iya, sih, kita bertiga. Tapi, kita, kan, harusnya kerja tim!" Avil sudah tidak bisa lagi menahan kegeramannya.

× × × × ×

"Semua peserta kemah harap segera menuju ke tempat perlombaan masing-masing. 5 menit lagi lomba akan dimulai."
"Ayo, ayo, segera ke spot-nya masing-masing, ya!" Hani menegaskan.

× × × × ×

"Jadi, dibabak penyisihan ini akan terpilih 1 orang dari tiap sangga untuk maju ke babak selanjutnya...," juri menjelaskan teknis lomba. Sontak suasana menjadi bising. LCTP kali ini memang berbeda dari LCTP-LCTP sebelumnya. Tak sesuai ekspektasi, Avil dan teman satu kelompoknya kebingungan. "Baiklah, begini saja. Kita lakuin aja apa yang kita bisa, maksimalkan kemampuan kita, tetap tenang apapun yang terjadi," Avil memberi semangat kepada teman-temannya. Fani dan Fuli hanya bisa menelan ludahnya hingga seluruh lidahnya kering, tak tahu lagi harus bagaimana.

Mereka bertiga memasuki ruang seleksi yang berbeda. Fani dan Fuli semakin kebingungan. Keringat begitu saja tumpah membasahi seluruh tubuh mereka. Berjalan lemas memasuki ruangan seleksi. Kantuk yang sejak tadi mereka empat, sudah tak bisa lagi mereka bendung. Alhasil, dengan mengabaikan kertas kosong di depan muka, mereka memejamkan mata begitu saja.

× × × × ×

"Tadi gimana soalnya? Optimis, kan?" dengan penuh harap, Avil bertanya kepada teman-temannya. Tak digubris sedikit pun, Fina dan Fuli  yang sedang sibuk melihat ke arah tenda laki-laki malah membicarakan hal yang lain. "Eh, eh! Lihat itu, Ful" "Siapa? Siapaa?" "Ituu, dia, yang aku ceritain tadi malem, yaelah, masa udah lupa, sih?" Fani dan Fuli fokus melirik kearah yang sama tanpa mempedulikan Avil yang sedang berdiri dihadapan mereka.

"Lagi, lagi," Avil mencurahkan semuanya kepada Lita di dalam tenda.

× × × × ×

Upacara penutupan perkemahan sekaligus pengumuman hasil pemenang pun segera dimulai. "Dan, untuk kategori peserta terbaik perkemahan tahun 2017 jatuh kepada... Kavila Ghina Prihandita!" Semua peserta langsung mengerubungi dan memberi selamat kepada Avil. Ia pun mendekati Lita dan berkata, "Kamu benar. Hidup ini, sulit. Apa yang kita miliki, apa yang kita mampu lakukan, susah untuk kita sadari. Padahal, itu adalah jalan kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan."

Jadilah dirimu sendiri.







Identitas Penulis
·         Nama               : Alifia Rizqy Ramadhania Prihandita
·         Kelas               : XI MIA 6
·         NIS                 : 15012
·         T/Tgl Lahir     : Cilacap, 4 Desember 2000

Comments

Popular posts from this blog

CONTOH TEKS DISKUSI SINGKAT

LARANGAN SISWA MEMBAWA SEPEDA MOTOR KE SEKOLAH             Sepeda motor sudah tidak asing lagi bagi semua masyarakat Indonesia. Bahkan, para remaja pun kini sudah terbiasa mengendarai sepeda motor. Jika ditelusuri lebih dalam sebenarnya banyak sekali dampak negatif penggunaan sepeda motor. Itulah sebabnya mengapa banyak sekolah yang mengeluarkan larangan bagi siswa.             Ada beberapa orang yang bertentangan pendapatnya dengan larangan tersebut. Mereka memiliki pendapat masing-masing. Antara lain, dengan siswa membawa sepeda motor ke sekolah, mereka tidak harus menunggu kendaraan umum untuk berangkat dan pulang. Dengan begitu, waktu yang mereka gunakan lebih singkat. Kemudian, siswa yang jarak tempuh antara rumah dan sekolahnya jauh lebih mudah menggunakan sepeda motor dibandingkan dengan harus menunggu kendaraan umum.       ...

SANDI-SANDI DALAM PRAMUKA

1. Sandi AN sandi AN       CONTOH : 1. CNEWB = PARJO                         2. GNYV    = TALI 2. Sandi AZ Sandi AZ beserta contoh 3. Sandi Kotak 1 4. Sandi Kotak 2 5. Sandi Koordinat CONTOH: RT/HP/ET/MP/HI/AU                    M   E    L   A    T    I  6. Sandi Angka CONTOH: 3/4/22/0/13  15/4/13/6/6/0/11/0/13/6 = DEWAN PENGGALANG 7. Sandi Udang         SANDI UDANG adalah sandi yang di balik    CONTOH:      AKUMARP = PRAMUKA  

Hobi | Bagian Tiga

Setelah sekian lamanya aku gak nyentuh software-software design di komputer ataupun laptop karena ayahku yang udah punya bisnis lain dan aku   juga udah punya kegiatan yang lebih padat di sekolah, akhirnya saat aku SMA, aku memulai lagi untuk membuka mataku dan memulai lagi mengenal software-software tersebut. Jadi ceritanya waktu pertama kali aku masuk SMA, pertama kali nya aku diberi sebuah amanah yang menurutku cukup besar untuk seorang yang belum pernah menerima amanah apapun di SMA yang cukup jauh dari rumahnya itu. Aku mendapat amanah menjadi seorang wakil kepala department media rohis sma ku, poh al uswah. Awalnya memang aku bersikap biasa saja mengenai hal tersebut. Akan tetapi, ternyata hal itulah yang justru membuat perjalananku sedikit berubah dan membuatku menemukan hal-hal baru baik dalam diriku maupun hidupku. Aku pernah sih bahas tentang amanahku itu di tulisanku yang episode “masa kuliah”, cuma akulupa part berapanya. Yang jelas, amanah jadi wakadept itu yang ...