Memasuki semester 3.
Guru-guru mulai menggencarkan, “jangan cuma sibuk kegiatan,
belajar harus jalan, persiapan SNMPTN”. Itulah kalimat yang selalu hadir di
tengah-tengah kebisingan hidupku. Tersadarlah aku, sambil terus melanjutkan
pergerakan dengan ‘sedikit keberanian’. Aku selalu memperjuangkan berbagai
lomba yang mungkin aku ikuti. Belajar semalaman karena setiap pagi sampai
paling tidak maghrib aku harus beraktivitas di sekolah. Pola tidurku mulai
berubah. 5 bahkan mungkin hanya 4 jam saja. Lalu, apa?
Kecewa. Sedih. Lelah. Itu, kata yang menggambarkan
perasaanku saat itu. disaat temanku tadi berada di peringkat tertinggi, aku
hanya bisa menikmati kemerosotan peringkatku. Disaat temanku tadi memboyong
piala dari sana sini, aku hanya bisa menangis kecewa setiap mendengar
pengumuman hasil perlombaan yang aku ikuti. lain lagi, disaat aku sudah cukup
tertekan melihat teman dekatku ini mencerahkan namanya, melejitkan namanya
dengan prestasi-prestasinya, sekaligus juga aku melihat teman-teman lain yang
menggetih berusaha untuk aktif dalam berbagai organisasi, berbagai event,
aktivitas non-akademik di sekolah, menjadi petinggi dimana-mana, mendapat
banyak kepercayaan dari kakak kelas maupun teman-teman, mendapat banyak relasi
baik dari luar mau pun di dalam sekolah. Sedangkan aku? baru mendapat satu dua
amanah saja kadang sudah keteteran menjalaninya.
Begitu memasuki semester 4, aku bertambah gugup, aku takut,
karena di masa itulah kami, para pengejar snmptn, harus paling tidak bisa
mempertahankan nilai akademik kami. tak hanya itu, kami sebenarnya juga
membutuhkan sertifikat-sertifikat kejuaraan karena itu pasti akan sangat
bermanfaat. apa daya, semakin aku kejar, semakinn aku bersemangat, aku justru
makin merasa jatuh.
(15-04-2019; 8.33)
waktu itu, saat-saat dimana aku sedang aktif-aktifnya di
TJRC, salah satu ekstrakulikuler berbabis PMR atau palang merah remaja di SMA
ku. saat dimana--seharusya--kita produktif. sebagaimana teman-temanku yang setiap
lomba mewakili TJRC selalu membawa pulang piala. sampai, pada suatu saat,
karena itu aku pikir adalah penghujung perjalananku. aku nangis. bener-bener
nangis. aku kira itu kesempatan terkahirku untuk bisa 'bawa pulang piala'. aku
sampai nelfon orang tuaku saking sedihnya aku. aku minta maaf sama mereka
karena sampai 2 tahun aku sekolah di tempat yang cukup jauh dari rumah, yang
aku damba-dambakann sejak smp, aku gabisa kasih apa-apa buat mereka. aku cuma
ngabisin uang mereka. aku cuma bikin repot mereka. itulah yang aku pikirin saat
itu. betapa merasa hancurnya aku. rapuh.
aku coba menenangkan diri. satu hari, dua hari, minggu,
berlalu. aku sadar, perjalanan sekolah, bahkan hidupku masih panjang. aku masih
melalui banyak rintangan lain yang aku yakin itu jauh lebih rumit dari sekedar
"kalah lomba ribuan kali" dan "gabisa bawa pulang piala setelah
mencoba 2 tahun lamanya".
aku memunculkan motivasi lagi dari diriku sendiri
"Habiskan jatah gagalmu dan tetaplah bersyukur"
aku menemukan motto baru. aku tempel di depan meja
belajarku.
aku terus berdoa dan tak lupa berusaha. tekanan? jelas terus
datang, lah. aku makin deket sama temanku, nisa. semakin dekat kelas 12,
semakin rajin teman teman ku belajar.
dan
sampai lah aku pada sebuah masa
dimana Allah Subhanahu Wa Ta'ala menunjukkan salah satu
rencana indah-Nya kepadaku. yak. aku masih diberi kesempatan.
..
.
.
Bersambung.
#MasaSMA #Motivasi #SNMPTN #Pengalaman #Viral #Seru #menantang #SMA #jogjakarta #sekolah #vibes #tutorial #cerita #ceritabersambung #contohteks #baca #literasi #indonesia #sman1yogyakarta #smateladan
=======================
🔻Follow me:
on instagram
on youtube
Comments
Post a Comment