Sebenernya ini lanjutan dari tulisan sebelumnya yang masih menyangkut tentang PPSMB. Tentang bagaimana aku yang terisnpirasi dengan kakak kakak panitia PPSMB. Jujur, pertama kali aku ngeliat panitia PPSMB, yang aku pikirkan adalah betapa tidak mungkinnya aku bisa jadi mereka, HAHA. Jujur aja, mereka menginspirasi aku di awal aku memasuki dunia perkuliahan. Walaupun aku juga sebenernya tau dibalik semua perjuangan itu ada kelelahan yang mendalam yang mungkin juga ada tujuan baik dibalik semua itu. Tujuan baik bagi mereka pribadi maupun bagi kami semua para mahasiswa baru.
Pertama, aku mau menceritakan tentang pengalaman PPSMB ku. Aku memiliki dua co-fass perempuan bernama Mbak Dinda dan Mbak Nurul. Mereka buat aku memang tidak seheboh co-fass co-fass lainnya. Akan tetapi, itu tidak melunturkan rasa kagumku pada mereka. Ya, lagi-lagi, seperti yang sudah aku tulis di episode sebelumnya, aku benar-benar melihat langsung bagaimana hasil kerja keras mereka selama membimbing kami dalam rangkaian acara PPSMB. Luar biasa cara mereak untuk tetap semangat dan tak sedikitpun memperlihatkan rasa lelah mereka. Di tengah teriknya panas yang bahkan aku--yang hanya selalu terdiam selama satu minggu rangkaian PPSMB berlangsung, selalu mencari tempat teduh saat disuruh berkumpul, selalu mencari aman disaat sesi diskusi—saja selalu mengeluh sesekali pada diri sendiri dan tidak bisa sekuat itu untuk merasa bahwa aku kuat.
Ada saja hal-hal yang membuatku berpikir, “Kapan ini akan selesai?” “Kenapa harus satu minggu, lama banget sih!” “kenapa harus selama ini, sih?!” “Kenapa ribet banget sih tugasnya?!” “Tugas lagi, tugas lagi!” “heuh!”
Sambatan-sambatan itu memang belum mendapat jawaban bahkan hingga kuliahku dimulai selama beberapa minggu. Justru aku malah memiliki angan-angan baru ketika PPSMB mulai berakhir, aku ingin menjadi panitia PPSMB. HAHA! Aku tau, it was so crazy. Tapi, sampai aku menulis tulisan ini, aku masih tetap memiliki angan-angan itu. entahlah, apakah aku benar-benar bisa untuk menghalau dan menyingkirkan rasa ketidak-percayaan diriku dan kekahwatiranku untuk dapat benar-benar mewujudkan impianku itu. mungkin, bagi beberapa orang itu merupakan hal yang sepele. Halah, hanya sebagai panitia saja. Tapi, bagiku jujur itu merupakan hal yang sulit.
Bayangkan saja, untuk menjadi seorang yang tergabung dalam sebuah kepanitiaan yang cukup ternama di kampusku itu, kita harus melalui berbagai tahapan rumit. Dimulai dari open recruitment yang aku yakin itu tidak seperti oprec-oprec panitia atau organisasi pada umumnya (ini masih sekedar ekespektasiku sih, akan sedikit lebih ketat karena aku yakin banget sangat banyak yang menginginkan bergabung dalam kepanitiaan itu), training yang sangat memakan waktu liburan semester yang cukup panjang dan lumayan jika aku gunakan untuk berhibernasi di rumah, dan rangkaian-rangkaian hari-H yang sudah aku jelaskan sebelumnya (sedikit terlihat mematikan untuk diriku). Eh, btw, aku ingin masuk dalam kepanitiaan PPSMB bukan sebagai co-fass, ya. Aku ingin berkontribusi melalui bidang yang aku suka. Ya, DDD.
Ini sejalan dengan pengalaman kuliahku selama satu semester.
Pada semester pertama ini, FKG UGM, fakultas tempat aku berkuliah, memberiku sistem perkuliahan secara sistem topik (yang katanya sistem semi-blok). Iya, jujur aku juga sedikit aneh sih dengan sistem ini. Kita gak punya UTS, tapi kita punya UAS. How crazy is it! Ya, buat apa ada UAS bambang:” Katanya, sih, “ya biar bantu kalian naikin nilai.” Ya, udah, nurut deh. Males debat sama manusia penguasa. Hehe kerad ya.
Di topik 1, aku dikasih waktu dua minggu. Hehe, iya, setelah dua minggu itu berlalu, aku ujianJ. Ada tuh masanya dimana temen-temen ku masih libur aja belom selesai, MOS belom mulai, aku udah ujian, dong. Tapi, well, aku merasa super duper selo banget, sih. emang, ada sih beberapa hari yang aku harus berangkat cukup pagi, jam 7 tepat. Tapi, tetep aja jam pulangnya pagi juga, kadang jam 9 aja udah bisa pulang, man. Gila dah kaya orientasi bocah TK:”) Yah, kalian tau betapa happy nya aku waktu itu. bahkan kayaknya tugas aja tuh belum ada deh waktu itu. Ada sih, satu, itupun cuma searching aja terus di parafrase di word, dikirim lewat online. Luar biasa. Saking gabutnya, ada tuh saat dimana malem-malem aku bener-bener bingung mau ngapain, bosen, dan berakhir aku main ke tempat mimin tepat di sebelah kamarku. Dan, see, betapa rempong dan kasihannya mereka (para mahasiswa KU) saat itu. luar biasa bersyukurnya sih aku saat itu.
tapi, ternyata memang pada kenyataannya hidup perkuliahanku belum benar-benar dimulai.
.
tapi, ternyata memang pada kenyataannya hidup perkuliahanku belum benar-benar dimulai.
.
.
.
.
Comments
Post a Comment