Hobi.
Tiba tiba terlintas di kepalaku tentang kata
yang—kelihatannya--sederhana itu. sebenernya hobi itu apa, sih? dari dulu, aku
cuma tau kalo hobi itu cuma sebatas suatu apapun, baik itu kegiatan, barang,
makanan, or anything yang kita sukai, yang kita susah untuk bosen kalo
kita udah terjun di dalamnya, yang kita nyaman dan enjoy banget sama
hal-hal tesebut. Apakah itu bener?
Seiring berjalannya waktu, aku bukannya semakin yakin dengan
hal-hal yang aku anggap sebagai “hobi” ku, melainkan malah semakin bingung
dengan pertanyaan apakah sebenernya aku punya hobi atau enggak? Ya balik lagi
ke pertanyaan awal yang karena emang aku malah jadi bingung hobi itu sebenernya
apa.
So, aku pengen cerita tentang hal yang berkaitan dengan hobiku,
yang tidak lain dan tidak bukan, harapannya semoga saja aku jadi ngerti setelah
aku menjabarkan semua cerita ini. Kalo aku sering dikasih komentar dari orang
lain, ya, mereka bilang aku ini suka sama hal-hal yang berbau teknologi, ya
baik itu laptop sebagai perangkat yang sering banget aku bawa kemana-mana,
maupun semua hal yang ada di dalamnya (software-software-nya). Walaupun
sebenernya, jujur dalam diriku sendiri juga merasakan kenyamanan dan keseruan
sih untuk terjun dalam dunia tersebut. Aku suka banget yang namanya ngotak atik
software, bikin-bikin design, video, dan karya-karya lain yang
berhubungan dengan teknologi terkini.
Aku sebenernya udah mulai “pernah” memegang salah satu software
design sejak aku mungkin masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak. Yang aku
ingat waktu itu adalah saat ayahku sedang bekerja. Yap, pekerjaan ayahku memang
sangat lekat dengan hal yang berbau teknologi. Ayahku saat itu sedang mengedit
sebuah foto, tugas dari klien-nya, (asik banget klien wkakak), sebuah pas foto
untuk dibuat menjadi id-card. Ayahku memang memiliki kerjasama dengan
salah satu toko di daerah tempat tinggal kami, majenang. Jika pelanggan memesan
di toko tersebut, maka ayahku langsung mengerjakannya. Nah suatu saat, ayahku
meninggalakan meja kerjanya yang berisi komputer yang ia letakkan di ruang
keluarg kami saat itu (karena rumah kami dulu luar biasa kecil, jadi ruang
keluarga kami adalah satu kesatuan dengan bagian belakang rumah kami, dapur,
tempat cuci piring, menjemur pakaian, dan lain sebagainya, hanya mungkin
dibatasi dengan sekat berupa kursi yang dijejer sedemikian rupa hingga yang
paling bagus hanya dibatasi dengan tembok antar ruangnya yang semakin melapuk
seiring turunnya hujan yang amat lebat. Ayahku sedang mengecek pekerjaannya
yang lain di ruangan sebelah. Karena rasa penasaran ditambah gabutnya aku yang
gak ketulungan saat itu, aku pun iseng sambil memberanikan diri untuk menyentuh
pekerjaan ayahku di komputer. Sederhana, aku hanya mengedit background salah
satu foto yang juga saat itu sedang diedit oleh ayaku. Jujur, saat itu aku
sangat takut ayahku marah apabila aku ketahuan mengotak-atik pekerjaannya. Akan
tetapi, ternyata pada kenyataannya hal tersebut berbeda. Ayahku secara langsung
melihat apa yang aku lakukan, dan ia malah mengapresiasi dengan sangat
pekerjaanku. Ayahku kagum dengan apa yang sudah aku lakukan. Padahal aku tidak
merasa melakukan apapun. Sejak saat itulah muncul rasa senang dan semakin
senang padaku terhadap dunia editing atau software lainnya di komputer.
====================
====================
Comments
Post a Comment