Hal itu berlanjut hingga topik 2 yang memang iklimnya tidak jauh berbeda. Hanya saja, memang sedikit terasa perubahan secara perlahan. Tidak ada lagi libur, dan ya, materi yang kami pelajari juga sedikit lebih ‘kompleks’. dua minggu berlalu, dan tibalah kami pada saat-saat paling mendebarkan. Yap, topik 3.
Berdasarkan banyak testimoni dari banyak kakak tingkat, topik tersebut merupakan topik yang paaling paling hektik dari sekian topik yang ada di FKG UGM. Memang tidak salah, sih. Semua kegiatan kita menumpuk disana bak sungai ciliwung yang selalu disumbat oleh sampah yang membuat Jakarta semakin kumuh. Dimulai dari praktikum yang dalam satu mingu bisa sampai tiga kali. Yang bahkan kita gak pernah bisa merasakan lagi kenikmatan weekend karena harus ke RSA hari sabtu untuk menguji nyali. Ditambah lagi dengan materi kuliah yang gak bisa dipahamin. Eh masih dijejelin uga sama kegiatan-kegiatan kampus yang justru malah dikasih waktu lagi hektik-hektiknya itu. Jujur itu salah satu yang paling aku benci sih. Ya, pertama kalinya aku bisa benci sama kegiatan haha. Ya, gimana enggak. Aku bingung aja sama pemikiran mereka (entah siapa yang membuat aturan itu), kenapa harus ngasih kegiatan yang segitu banyaknya disaat kita juga lagi susah-susahnya. Jadilah kita, anak FKG UGM, yang tidak lagi mengenal waktu ilbur. Bahkan hari minggu sekalipun. Maasya Allah. Setiap aku bangun, pikiranku gak pernah tenang. Aku pasti langsung bergegas ke kamar mandi, duduk di meja belajar, dan memulai pagi dengan senam otak. Terus saja begitu ya hingga liburan kemarin ini baru aku bisa benar-benar bernapas. Beneran. Bahkan, berlanjut sampai ke topik 4 pun ya, aku tetap gak bisa ngapa-ngapain!
Awalnya, aku memang berpikir, “alhamdulillah, topik 3 selesai! Bebas!” HAHA, makan tuh. Praktikum semakin hektik, laprak bertebaran dimana-mana. Dan, yang pasti, hari libur semakin lenyap ditelan bumi. HAHA. Aku ingat betul bahwa praktikum tidak hanya menjajah satu hari weekend kami, tapi keduanya sekaligus. HAHAHAHAA, entah mengapa aku suka sekali menertawakan kesengsaraanku saat itu. Aku senang aja sekarang aku udah bisa terbebas dan memaluli itu semua dengan masih dalam kodisi hidup. Oiya, waktu topik 4 itu juga, praktikum yang aku dan teman-teman lakukan bukan lah praktikum biasa. Akan tetapi, kami melakukan review. Semacam ujian per bab untuk praktiku anatomi. HAHA tambah lucu lagi disaat kita harus melakukan tentamen untuk menutup setiap praktikum yang ada. Baik biokimia, fisiologi, histologi, maupun anatomi. Alhamdulillah, otak ku masih bertahan untuk tidak pecah hingga saat ini. Aku sangat bersyukur. Terima kasih, ya Allah.
Hampir lupa kan aku, aku tadi mau menceritakan tentang beberapa selipan-selipan kegiatan disela-sela kehektikan yang sudah kubilang itu semua ada di topik 3. berawal dari pendaftaran salah satu event dalam fakultasku yang sebenarnya itu dibuka ketika aku masih menginjak topik 2 yang artinya pikiranku masih tertutup akan kehektikan. Pada ekesekusinya memang event tersebut, sebut saja DIS (Dentistry Interprofessional Seminar), diadakan di topik 3. tapi, alhamdulillah semua berjalan lumayan lancar. Iya, lancar, aku ga ikut hari-H soalnya. HAHA gak deng, aku ikut setengah hari saja karena harus membagi waktu dengan praktikum anatomi karena keduanya diadakan di harii sabtu.
Awalnya, aku sedikit takut ketika saat salah satu event yang aku ikuti (aku lupa yang pertama kali hari-H eksekusi berjalan yang mana) menuntutku untuk berganti shift praktikum anatomi. Jujur saja, aku takut untuk inhal saat itu, HAHAHA, maaf ya cupu sekali aku. Ya dengan kekuatan mental dan hati aku memberanikan diri untuk bertukar shift dengan temanku. Jujur, justru bagian tersulitnya justru mencari teman yang mau bertukar shift dibandingkan mempersiapkan pretest untuk praktikum, maasya Allah.
Yah, itulah seperti yang sudah sering aku katakan di tulisan tulisan sebelumnya bahwa begitu sulitnya mencari teman di perkuliahan ini. Lebih tepatnya, semakin dewasa memang semakin sulit untuk mendapatkan frekuensi teman yang sesuai. Ditambah lagi dengan frekuensiku yang cenderung rumit, haha.
.
.
.
.
Comments
Post a Comment